REDOOCEIT: OPTIMALISASI DAN DIGITALISASI TATA KELOLA SAMPAH ORGANIK DENGAN BUDIDAYA MAGGOT BERBASIS IOTDAN EKONOMI SIRKULAR DI TPS3R DESA LENGKONG

22 October 2024

---

---

Disclaimer:

Produk inovasi yang dipublikasikan dalam artikel ini bukan merupakan inovasi milik Universitas Telkom, melainkan milik perguruan tinggi lain yang berpartisipasi dalam program Innovillage, sebagaimana tercantum pada bagian identitas produk dan identitas inovator. Program Innovillage, yang diselenggarakan oleh PT. Telkom Indonesia bekerja sama dengan Universitas Telkom, merupakan implementasi nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi digital untuk kegiatan pengabdian masyarakat, memajukan kesejahteraan, serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

---

Populasi yang terus bertambah secara global, termasuk di Indonesia, memicu peningkatan permintaan pangan yang signifikan. Seiring dengan itu, limbah makanan juga semakin banyak. Berdasarkan laporan United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 2021, Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar kedua di dunia. Jumlah sampah ini memberikan dampak negatif pada ekonomi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia, sektor rumah tangga dan pasar tradisional menjadi penyumbang utama limbah makanan, yang pada akhirnya memperparah masalah emisi gas rumah kaca dan kerugian ekonomi.

Desa Lengkong, terletak di Kabupaten Bandung, menjadi salah satu daerah yang merasakan dampak langsung dari pengelolaan limbah yang tidak optimal. Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, desa ini hanya memiliki satu Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), yang tidak mampu mengelola semua limbah organik yang dihasilkan. Kendala kapasitas dan sumber daya manusia di TPS3R membuat pengelolaan sampah makanan tidak maksimal. Hal ini terlihat dari stagnasi proses penguraian sampah organik, yang sebelumnya menggunakan maggot sebagai solusi utama, namun sekarang tidak lagi beroperasi karena keterbatasan tenaga kerja.

Sebagai solusi, kami mengusulkan implementasi perangkat IoT untuk mendukung pengolahan sampah makanan berbasis maggot secara otomatis. Teknologi ini memungkinkan monitoring dan pengelolaan maggot secara jarak jauh, sehingga dapat mempercepat proses penguraian dan menghasilkan nilai ekonomi yang lebih baik. Selain itu, sistem ini akan terintegrasi dengan mekanisme insentif bagi warga yang berpartisipasi dalam pemilahan sampah. Masyarakat dapat menukar sampah makanan yang mereka kumpulkan dengan voucher, uang, atau sembako, sehingga mendorong keterlibatan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Dengan adanya proyek sosial ini, diharapkan terbentuknya ekonomi sirkular yang berkelanjutan di Desa Lengkong. Teknologi IoT akan membantu mengoptimalkan pengelolaan sampah organik, yang sebelumnya tidak terolah dengan baik. Proyek ini juga akan meningkatkan pemahaman warga tentang pentingnya memilah sampah serta memberikan dampak positif bagi lingkungan dan perekonomian lokal. Kolaborasi antara TPS3R, warga, dan pemerintah desa akan menjadi kunci kesuksesan dalam menciptakan sistem yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Selain mendukung keberlanjutan ekonomi, inisiatif ini selaras dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin 9 tentang inovasi industri dan infrastruktur, poin 11 tentang kota dan komunitas berkelanjutan, serta poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL):

Standarisasi:

Mitra Kolaborasi:

Tags: -

---

Informasi Tim Inovator

Kenali Tim Inovator Pencipta Masa Depan Cemerlang!